BENTANG alam Kabupaten Maros sebagian besar diantaranya merupakan kawasan yang bertipikal karst yang berbentuk menara. Kawasan ini merupakan miniatur dari kawasan karst yang berada di Cina Selatan dan Halong Bay Vietnam. Tower-tower karst yang menjulang tinggi itu merupakan suatu bentang alam yang sangat unik dan indah untuk dilihat.
Terbentuknya kawasan karst Maros terjadi berjuta-juta tahun lamanya melalui proses pengangkatan daratan dari dasar laut. Menyebabkan terbentuknya lorong-lorong pergoaan yang diantaranya dialiri sungai bawah tanah akibat proses karstifikasi. Inilah salah satu ciri utama kawasan karst Maros yang juga memiliki sistem pergoaan (cave system) yang berada di bagian endokarst.
Hutan batu Maros ini merupakan world heritage yang terletak di jalan poros antara Makassar - Tana Toraja menjadikannya lokasi wisata alam yang indah dengan panorama taman alami yang disuguhkan bagi setiap orang yang melintasi jalan trans Sulawesi. Objek wisata berkelas dunia ini masih jarang dikunjungi wisatawan. Padahal karst Maros menyimpan banyak keunikan yang tak dijumpai di kawasan kars lain.
Terlebih di tengah gugusan karst Maros ini terdapat perkampungan dengan panorama alam yang menakjubkan. Perkampungan ini bisa dicapai dengan transportasi darat dari kota Makassar kurang lebih 2 jam. Untuk masuk ke kawasan hutan batu, wisatawan harus menggunakan perahu berjenis sampan dengan melewati hutan bakau yang berpadu dengan pohon palem dan pandan yang tumbuh liar di kiri kanan jalur yang dilalui.
Sesekali perahu melewati tebing-tebing cadas yang menjadi rumah bagi satwa endemik, salah satu burung elang Sulawesi. Perjalanan dengan menggunakan perahu ini butuh waktu kurang lebih setengah jam.
Kampung itu adalah Rammang-rammang, terletak di Desa Salengrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Untuk mencapainya, mesti menyusuri Sungai Pute. Pemandangan alam dari sungai inilah gugusan karts dengan berbagai bentuk unik dapat dinikmati. Sangat eksotik. Ratusan karts dengan ukuran tinggi yang berbeda bak alur aliran sungai. Hutan pohon nira yang berada di sisi kiri dan kanan sungai menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung.
Dari titik awal Sungai Pute setiap pengunjung dapat mengitari sungai dengan menggunakan moda transportasi air, baik speed boat maupun jolloro. Dari awal perjalanan daun rumbia menyambut. Menurut warga setempat, pohon nira dimanfaatkan warga sebagai atap sedangkan buah nira disadap menjadi gula merah ataupun minuman tradisional.
Selama ini, Rammang-rammang banyak dikunjungi wisatawan mancanegara. Wisatawan asing yang datang ke Rammang-rammang mayoritas bukan hanya ingin menikmati pemandangan di sungai dan karst tapi juga berinteraksi dengan alam dan penduduk lokal, melakukan penelitian dan wisata pendidikan sehingga wisatawan asing sangat cocok berwisata ke tempat ini.
[dirangkum dari situs Infobackpacker.com dan blog Lawalata]
0 komentar:
Posting Komentar