Mengamati Kehidupan Tarsius Spectrum di Pattunuang

Jumat, 23 Desember 2011

PERNAH dengar hewan bernama Tarsius Spectrum? Tarsius adalah binatang unik dan langka, termasuk jenis hewan primata primitif (Prosimii) dari famili Tarsidae yakni jenis primata endemik Indonesia. Primata kecil ini sering disebut sebagai monyet terkecil di dunia (meskipun satwa ini bukan monyet) ini dapat ditemukan di pulau Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan.


Di dunia, sedikitnya terdapat 9 jenis Tarsius, 2 jenis berada di Filipina sedangkan 7 jenis terdapat di Indonesia, khususnya pulau Sulawesi. Jenis Tarsius yang terdapat di Indonesia yang paling dikenal adalah jenis Tarsius Tarsier (Binatang Hantu/Kera Hantu) dan Tarsius Pumilus (Tarsius kerdil, Krabuku kecil atau Pygmy tarsier). Kesemua jenis tarsius ini termasuk binatang langka dan dilindungi.

Nama Tarsius diambil berdasarkan ciri fisik tubuhnya yang istimewa, yaitu tulang tarsal yang memanjang, yang membentuk pergelangan kaki yang membuatnya mampu melompat sejauh 3 meter (hampir 10 kaki) dari satu pohon ke pohon lainnya. Tarsius juga memiliki ekor panjang yang tidak berbulu, kecuali pada bagian ujungnya. Setiap tangan dan kaki hewan ini memiliki lima jari yang panjang. Jari-jari ini memiliki kuku, kecuali jari kedua dan ketiga yang memiliki cakar.

Tarsius hanya memiliki panjang sekitar 10-15 cm dengan berat sekitar 80 gram. Bahkan Tarsius pumilus atau Pygmy tersier yang merupakan jenis tarsius terkecil hanya memiliki panjang tubuh antara 93-98 milimeter dan berat 57 gram. Panjang ekornya antara 197-205 milimeter. Karenanya Tarsius disebut sebagai primata mungil.

Ciri-ciri fisik tarsius yang unik lainnya adalah ukuran matanya yang sangat besar. Ukuran mata Tarsius lebih besar ketimbang ukuran otaknya. Ukuran matanya yang besar ini sangat bermanfaat bagi makhluk nokturnal (melakukan aktifitas pada malam hari), sehingga mampu melihat dengan tajam dalam kegelapan malam. Tarsius juga memiliki kepala yang unik karena mampu berputar hingga 180 derajat ke kanan dan ke kiri seperti burung hantu. Telinga satwa langka ini pun mampu digerak-gerakkan untuk mendeteksi keberadaan mangsa.


Sebagai makhluk nokturnal, Tarsius hanya beraktifitas pada sore hingga malam hari sedangkan siang hari lebih banyak dihabiskan untuk tidur. Oleh sebab itu Tarsius berburu pada malam hari. Mangsanya yang paling utama adalah serangga, seperti kecoa dan jangkrik. Namun terkadang satwa ini juga memangsa reptil kecil, burung, dan kelelawar.

Tarsius menghabiskan sebagian besar hidupnya di atas pohon. Hewan ini menandai pohon daerah teritori mereka dengan urine. Tarsius berpindah tempat dengan cara melompat dari pohon ke pohon dengan lompatan hingga sejauh 3 meter. Hewan ini bahkan tidur dan melahirkan dengan terus bergantung pada batang pohon. Tarsius tidak dapat berjalan di atas tanah, mereka melompat ketika berada di tanah.

Di Indonesia, habitat Tarsius adalah di hutan-hutan Sulawesi, salah satunya di kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Di sini wisatawan secara mudah dan teratur bisa menikmati satwa unik di dunia itu. Di kawasan ini, Tarsius lebih dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan “balao cengke” atau “tikus jongkok” dalam bahasa Indonesia. Karena masyarakat setempat melihatnya lebih mirip tikus daripada kera.

Nah, jika senang berwisata alam atau bertualang, cukup pergi ke Desa Wisata Samangki dan menyusuri kawasan Pattunuang. Di kawasan ini kehidupan satwa unik dan langka jenis Tarsius Spectrum, selain hidup dalam penangkaran yang dibangun oleh Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung untuk penelitian, hewan ini juga dapat diamati langsung di habitatnya yang alami dan terjaga. **

0 komentar:

Posting Komentar

 
IHSYAH | BLOGSPOTISME | CELEBESPHOTO