Rammang-rammang Akan Diusul ke UNESCO

Kamis, 18 April 2013

SAAT menemani Dr Budi Bramantyo (Ketua Program Studi Teknik Geologi ITB Bandung) dan Ira Prayuni, mahasiswi Program Magister Arsitecture Landscape ITB, Minggu dan Senin (14 dan 15/4/2013) lalu, mereka berpendapat, Kawasan karts Rammang-rammang, Maros sangat layak untuk diusulkan menjadi bagian dari program Global GeoPark Network (GNN) UNESCO.

Program ini diselenggarakan UNESCO untuk memberi semacam sertifikasi atas kelayakan sebuah tempat untuk menjadi tujuan wisata dan pendidikan yang layak dikunjungi. Tempat yang telah mendapat pengakuan ini akan terpublikasi secara meluas sehingga menunjang naiknya jumlah wisatawan asing di tempat tersebut.


Proses untuk mendapat pengakuan ini menurut Pak Budi adalah suatu kawasan telah telah memiliki batas yang jelas, melibatkan masyarakat secara langsung, mulai dari perencanaan sampai proses pelaksanaan. Juga memiliki warisan Geo Heritage yang bagus serta memiliki sumbangan terhadap program konservasi.

Ibu Ira kemudian menambahkan bahwa dalam tinjauan arsitecture, apa-apa yang dibangun di tempat ini haruslah berkonsep alam, baik material maupun bentuknya.

Ibu Ira berkata; saya sedang menyusun rancangan pembangunan kawasan Rammang-rammang untuk tesis saya, mudah-mudahan setelah ini rampung dapat dijadikan rujukan untuk mengembangkan kawasan ini. Setelah puas berdikusi, kami beristirahat untuk kembali mengunjungi beberapa tempat besoknya.

Setelah menikmati sarapan pagi yang disuguhkan keluarga Dg Beta, kami kembali menyusuri Kampung Berua. Kami menaiki sebuah puncak bukit yang oleh warga setempat dinamakan Bulu' Merrung'. Di tempat ini kami menemukan nuansa Purba yang sangat kental.

Ada jejeran cadas yang tersusun teratur dan mempehatikan letak dan cara menyusunnya kemudian kami mengambil kesimpulan bahwa tempat ini dulunya merupakan Benteng yang dibuat Manusia Purba untuk melindungi teritorinya dari gangguan binatang maupun kelompok lain.

Tempat ini sangat dikeramatkan warga Berua, karena itu tempat ini masih terjaga keasliannya. Di tempat ini kami juga menemukan aliran sungai kecil yang melewati cekukan-cekukan batu, kami meyakini bahwa sungai ini juga merupakan sungai yang telah terbentuk jutaan tahun yang lalu.

Di tempat ini juga merupakan tempat yang sanagat baik untuk mengeluarkan teriakan-teriakan karena kita dapat mendengar gema suara yang terpantul dari tower-tower karst. Cukup lama kami menikmati exotisme tempat ini sebelum kembali ke homestay untuk makan siang dengan menu ikan dan sayuran segar.

Setelah pamit dan berterima kasih kepada Dg Beta, kami melakukan perjalan pulang dengan menyusuri aliran Sungai Pute hingga tiba kembali di dermaga Rammang-rammang. Sepanjang perjalanan pulang, kami masih sempat berdiskusi terutama menyangkut hal-hal yang mesti dilakukan untuk memperjuangkan kawasan ini menjadi bagian dari program GNN UNESCO.

*Syahril Boby, pelaku pariwisata Maros*

0 komentar:

Posting Komentar

 
IHSYAH | BLOGSPOTISME | CELEBESPHOTO